pesan

Sabtu, 18 Mei 2013

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


TEORI DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A.    Teori-Teori Psikologi Perkembangan
1.      Teori psikodinamika
Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalahmotivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama bagi yang mengalami trauma.
2.      Teori psikoseksual Freud
Freud menyatakan bahwa kepribadian manusia memiliki 3 struktur penting, yaitu : id (insting), ego(rasional), superego (moral). Menurutnya proses perkembangan psikologi ditandai dengan adanya libido (energi seksual) yang dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda. Freud yakin bahwa perkembangan manusia melewati 5 tahap perkembangan psikoseksual dimana pada setiap tahap individu mengalami kenikmatan pada satu bagian tubuh lebih dari pada bagian tubuh lainnya.
3.      Teori psikososial Erikson
·         Peran atau fungsi ego lebih ditonjolkan, yang berhubungan dengan tingkah laku nyata.
·         Melalui 8 tahap perkembangan, yaitu :
a)      Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan
b)      Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu
c)      Tahap prakarsa dan rasa bersalah
d)     Tahap kerajinan dan rendah diri
e)      Tahap identitas dan kekacauan identitas
f)       Tahap keintiman dan isolasi
g)      Tahap generatifitas dan stagnasi
h)      Tahap integritas dan keputusasaan
·         Konflik timbul antara ego dan lingkungan yang disebut konflik social.

4.      Teori kognitif Piaget
Jean piaget menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif pengetahuannya mengenai realitas, mereka tidak sekedar menuangkan informasi dari lingkungan ke dalam pikiran mereka. Piaget percaya bahwa perkembangan pemikiran anak melalui 4 tahap yang masing-masimg tahap merupakan perbaikan dari tahap sebelumnya.

5.      Teori pemrosesan informasi
Para pakar pemrosesan informasi lebih menekankan pentingnya proses-proses kognitif seperti persepsi, seleksi perhatian, memori dan strategi kognitif. Teori pemrosesan informasi didasarkan atas tiga asumsi umum, yaitu :
·         Pikiran dipandang sebagai suatu sistem penyimpanan dan pengembalian informasi.
·         Individu-individu memproses informasi dari lingkungan.
·         Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.

6.      Teori kontekstual
Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal-balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, social, kultural dan historis dimana interaksi tersebut terjadi.
·         Teori etologis
Pendekatan etologis difokuskan pada asal-usul evolusi dari tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan alamiah. Para ahli mempercayai bahwa tingkah laku individu ditentukan oleh turun-temurunnya spesies secara evolusi, serta susunan genetik individual yang diturunkan oleh orang tua.
·         Teori ekologis
Pendekatan ekologis Urie Brofenbrenner terhadap perkembangan mengajukan bahwa konteks dimana berlangsung p[erkembangan individu, baik kognitifnya, maupun partisipasi aktifnya, merupakan unsur-unsur penting bagi perubahan perkembangan. Brofenbrenner menggambarkan 4 kondisi lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, dan makrosistem.
7.      Teori behavior dan belajar sosial
Teori perilaku dalam psikologi menegaskan bahwa dalam mempelajari individu yang seharusnya dilakukan oleh para ahli psikologi adalah menguji dan mengamati perilakunya bukan mengamati kegiatan bagian dalan tubuhnya.
·         Pavlov dan  kondisioning klasik
Pavlov melakukan percobaan pada anjing. Dari percobaannya tersebut, Pavlov mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada kondisioning.

·         B.F. skinner dan kondisioning operant
Kondisioning operant adalah suatu bentuk behaviorisme deskriptif yang berusaha menegakkan hukum tingkah laku melalui studi mengenai belajar secara operant. Dari percobaannya menggunakan tikus, Skinner menyatakan bahwa kondisioning operant melibatkan perilaku yang dikontrol oleh stimulus penguat. Dan tingkah lakulah yang menimbulkan penguat.
·         Bandura dan teori belajar social
Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan.

A.    Metode Penelitian Psikologi Perkembangan
1.      Pendekatan yang umum
·         Cross-sectional
Cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
·         Longitudinal
Pendekatan longitudinal dipergunakan untuk memahami perkembangan perilaku dan pribadi seseorang atau sejumlah kasus tertentu (mengenai satu atau sejumlah aspek perilaku atau pribadi tertentu) dengan mengikuti proses perkembangan dari satu titik waktu atau fase tertentu ke titik waktu atau fase yang berikutnya.
·         Sekuensional
Kombinasi pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinalinilah yang dinamakan pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal,pendekatan ini mulai dengan studi kros-sektional yang mencakup individudari usia yang berbeda.
·         Cross-cultural
Pendekatan Cross-Cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.

2.      Metode yang spesifik
·         Observasi
                 Suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada suatu jangka waktu tertentu atau pada suatu perkembangan tertentu.
a)      Observasi alami : pencatatan mengenai tingkah laku yang terjadi secara alami/wajar.
b)      Observasi terkontrol : dilakukan jika tempat anak beradadiubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian.
·         Eksperimen
Penelitian dengan menggunakan/melakukan percobaan pada anak. Namun kita harus memperhatikan variabel-variabel dengan teliti.
·         Klinis
Penelitian yang khusus ditujukankepada anak-anak yang belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan perasaan mereka dengan bahasa yang lancer dengan cara mengamat-amati mengajak bercakap-cakap dan tanya-jawab.
·         Test
Metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu pada objeknya. Dalam psikologi test digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan,minat, sikap, dan hasil kerja.

MOTIF


MOTIF


Pengertian Motif
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Misalnya, apabila seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar.
Ada beberapa definisi tentang motif:
1.      Gerungan (1975) :
Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau doronga-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
2.       Lindzey, Hall dan Thompson (1975) :
Motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku.
3.       Atkinson (1958) :
Motif sebagai sesuatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan.
4.      Sri Mulyani Martaniah (1982) :
Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalamanpengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu pengertian yang mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Tingkah laku juga disebut tingkah laku secara refleks dan berlangsung secara otomatis dan mempunyai maksud-maksud tertentu walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia.
Motif-motif manusia dapat bekerja secara sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia. Kegiatan kegiatan yang biasa kita lakukan sehari-hari juga mempunyai motif-motifnya tersendiri. Kita menyetel weker (jam) kita pagi-pagi dengan motif untuk melakukan sesuatu pekerjaan sebelum kita masuk kantor.
Suatu contoh: apabila seseorang sedang makan siang dirumah tiba-tiba dengan tidak berkata apa-apa meletakan sendok-garpunya, lompat dari kursi, dan lari ke luar,maka sukar sekali tingkah laku ini dipahami apabila kita tidak mengetahui motif-motifnya untuk berbuat demikian sehingga kita menganggapnya aneh, tidak sosial, atau apapun. Dalam hal ini mungkin dorongannya adalah bahwa orang tersebut ketika menengok ke luar jendela melihat seseorang lewat di jalan yang kemarin membawa lari uang pinjaman yang sangat ia perlukan pada saat itu.
Gardner Lindzey, calvin S. Hall dan Richard F. Thompson dalam bukunya Psychology (1975, P. 339) mengklasifikasikan motif ke dalam dua hal yaitu:
1.      Drives (needs)
Drive adalah yang mendorong untuk bertindak. Drives yang merupakan proses organic internal disebut drives primer atau drives yang tidak dipelajari. Misalnya: lapar dan haus. Drives yang lain diperoleh melalui belajar. Misalnya: persaingan.
2.      Incentives.
Incentives adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar kita yang merangsang tingkah laku. Incentives ini merupakan penyebab individu untuk bertindak.mAntara drive dan incentives pada dasarnya merupakan dua sisi dari mata uang logam. Lapar menyebabkan kita bertindak untuk mendapatkan makanan, dan makanan yang kita dapatkan mengundang kita untuk memakannya. Bila kita tidak lapar maka makananan tidak memiliki nilai incentives. Tetapi incentives juga dapat menimbulkan kita untuk bertindak tanpa ada hadirnya drives. Misalnya: mungkin kita tidak lapar, tetapi melihat mie goreng terhidang diatas meja merangsang nafsu makan kita. Drives primer memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup dan kesehatan dengan jalan memenuhi kebutuhan psikisnya. Drives yang dipelajari memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Misalnya: kebutuhan untuk ”disetujui” merupakan drives yang dipelajari karena diperolehnya melalui persetujuan orang lain, yaitu bisa orang luar, guru atau temannya. Penguat (reinforcer) yang digunakan untuk timbulnya drives pada seseorang ini adalah incentives. Incentive ini akan berpengaruh terhadap semangat seseorang untuk bertindak. Incentif ini dapat positif dapat pula negatif. Incentives yang positif adalah hadiah. Incentives yang negatif adalah hukuman.

Pengertian Motif Sosial
Setelah diketahui apakah sebenarnya motif itu, maka berikut ini disajikan beberapa definisi motif sosial.
1.      Lindgren (1073)
Motif sosial adalah motif yang dipelajari melalui kontak orang lain dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting.
2.      Barkowitz (1969)
Motif sosial adalah motif yang mendasari aktivitas individu dalam mereaksi terhadap orang lain.
3.      Max Crimon dan Messick (1976)
Mengatakan bahwa seseorang menunjukan motif sosial, jika ia dalam membuat pilihan memperhitungkan akibatnya bagi orang lain.
4.      Heckhausen (1980)
Motif sosial adalah motif yang menunjukan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan orang lain.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi motif sosial adalah motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya.
Motif timbul karena adanya kebutuhan/need. Kebutuhan kebutuhan dapat diartikan sebagai:
1.      Satu kekurangan universal dikalangan umat manusia dan musnah bila kekurangan itu tidak tercukupi.
2.      Satu kekurangan universal dikalangan umat manusia yang dapat membantu dan membawa kebahagiaan pada manusia bila kekurangan itu terpenuhi, walaupun hal itu tidaklah esensiil terhadap kelangsungan hidup manusia.
3.      Sebuah kekurangan yang dapat dipenuhi secara wajar dengan berbagai benda lainnya apabila ada benda khusus yang diingini tidak dapat diperoleh.
4.      Sifat taraf kebutuhan.
Kebutuhan (need) dapat dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu, dan ini menuntutt segera pemenuhannya, untuk segera mendapatkan keseimbangan. Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai suatu kekuatan atau dorongan alasan, yang menyebabkan seseorang bertindak untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga kalau digambarkan prosesnya sebagai berikut:    












Perilaku
 



 

                   1.   Makan                                 Makan                                     Makan                        
2.   Oksigen                              Sesak Nafas                            Bernafas
3.   Air                                      Haus                                        Minum

Seperti telah disebut dimuka, kebutuhan dan motif tidak bisa diamati. Yang menampak atau yang bisa diamati perilakunya. Dari bentuk-bentuk perbuatan yang serupa kita simpulkan adanya kebutuhan dari motif itu. Selain pengamatan terhadap tingkah laku individu ada jalan lain untuk mengetahui atau meyakini adanya kebutuhan dan motif ialah dengan mengetahui pengalaman pribadi. Misalnya: seorang perokok pernah mengalami bagaiman kuatnya keinginan untuk mencari rokok apabila sudah lama tidak merokok, sehingga ia dapat membayangkan apabila hal tersebut menimpa orang lain.
Wood Worth dan Marquis membedakan motif atas:
1.      Motif yang tergantung pada keadaan dalam jasmani.
Motif ini merupakan kebutuhan organik. Misalnya: makan, minum, dsb.
2.      Motif yang tergantung hubungan individu dengan lingkungan.
Motif ini dibedakan menjadi:
a.       Emergency motive / motif darurat.
Ini adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena keadaan sekitarnya menuntut demikian. Misalnya: motif untuk melepaskan diri dari bahaya, melindungi matanya dan sebagainya.
b.      Objektif motive / motif objektif
Motif yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik berupa individu maupun benda. Misalnya: penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah bagus dan sebagainya.

Teevan dan Smith (1964) menggolongkan motif atau dasar perkembangannya menjadi dua kelompok yaitu:
1.      Motif Primer, kebutuhan motive (need)
Perilaku Adalah motif yang timbulnya berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan diperoleh dengan tidak dipelajari. Contohnya: haus dan lapar.
2.      Motif Sekunder
Adalah motif yang timbulnya tidak secara langsung berdasarkan proses kimiawi psikologik dan umumnya diperoleh dari proses belajar baik melalui pengalaman maupun lingkungan. McClelland mengemukakan bahwa motif sekunder disebut juga dengan motif sosial yang terdiri dari:
a.    Motif berprestasi
b.   Motif berafiliasi
c.    Motif berkuasa


 Macam-macam Motif Sosial
1.      Motif Tunggal/Motif Bergabung
     Motif kegiatan-kegiatan kita dapat merupakan motif tunggal atau motif bergabung. Misalnya, mendengarkan Warta Berita RRI mungkin mempunyai motif yang umum, mungkin juga bermotif lain, misalnya untuk mendengarkan berita tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan di kantor kita.
Contoh lain: apabila seseorang menjadi anggota suatu perkumpulan, maka motif-motifnya biasanya bergabung. Ia mungkin ingin belajar sesuatu yang baru bersama-sama dengan anggota perkumpulan tersebut; disamping itu mungkin ia ingin belajar berorganisasi; mungkin juga ia ingin mengenal dari dekat anggota-anggota kelompok; ia juga mungkin ingin memperluas relasi-relasinya guana kelancaran pekerjaan kantornya, dll.
Dengan demikian, orang yang bersangkutan mungkin mempunyai bermacam-macam motif yang sekaligus bekerja di balik perbuatan menggabungkan diri dallam organisassi itu.
Untuk memahami susunan motif yang mendorong seseorang manusia dewasa berbuat sesuatu yang tidak kita mengerti seringkali tidak mudah. Dalam hal ini patutlah dipahami lebih mendalam riwayat dan struktur kepribadiannya, perbuatan itu sendiri, kondisi-kondisi di lingkungannya dimana perbuatan itu dilakukan, dan saling berhubunganantara ketiga golongan faktor tersebut. Jelaslah bahwa motif-motif manusia mempunyai peran-peran yang sangat besar dalam kegiatan-kegiatannya, dan merupakan latar belakang tindak-tanduknya sehingga merupakan pokok khusus dari ilmu pengetahuan sosiologi.

2.      Motif Biogenetis
     Motif-motif biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis ini bercorak universal dan kurang terikat dengan lingkungan kebudayaannya tempat manusia itu kebetulan berada dan berkembang. Motif biogenetis ini adalah assli di dalam diri orang dan berkembang dengan sendirinya.
Contoh motif-motif biogenetis yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan masyarakat tertentu.

3.      Motif Sosiogenetis
     Motif-motif sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Macam motif sosiogenetis banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara berbagai corak kebudayaan di dunia.
Beberapa contoh: keinginan untuk mendengarkan musik Chopin atau musik legong bali, keinginan untuk membaca sejarah Indonesia, keinginan untuk bermain sepakbola, dan sebagiannya merupakan motif-motif sosiogenetis.
Banyak motif orang dewasa merupakan motif-motif sosiogenetis walaupun terdapat pula motif-motif biogenetis yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan masyarakat tertentu.
Contoh: keinginan akan memakan fastfood, pecel, puding, coklat, dan es krim merupakan motif-motif yang berdasarkan motif ”lapar” tetapi yang terjalin dengan keinginan-keinginan yang coraknya sangat dipengaruhi lingkungan kebudayaan sekitar.

4.      Motif Teogenetis
     Motif teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang terwujud dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma agamanya. Sementara itu, manusia memerlukan interaksi dengan tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang heterogen. Contoh motif teogenetis adalah keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk merealisassikan morma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci, dll.


Menurut McClelland manusia berinteraksi dengan dunia sosialnya dalam tiga bentuk motif yaitu:
1)      Motif berprestasi dimana ciri-ciri dari tipe orang dengan motif sosial seperti ini adalah:
·         Mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik (beranggapan bahwa berprestasi lebih baik adalah suatu hal yang penting).
·         Menentukan sendiri standard prestasinya dan berpatokan pada standard tersebut.
·         Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
·         Mengambil resiko-resiko yang wajar.
·         Berpikiran maju ke depan (inovatif).

2)      Motif afiliasi, dimana ciri-ciri orang dengan tipe seperti ini adalah:
·         Senang berada di tengah keramaian dan sangat menikmati persahabatan.
·         Senang bergaul dengan orang lain, senang berbicara di telepon.
·         Lebih mementingkan aspek-aspek interpersonal dari pekerjaannya daripada aspek-aspek yang menyangkut tugas dalam pekerjaannya.
·         Berusaha mendapatkan persetujuan orang lain.
·         Melakukan tugas lebih baik saat bekerja dalam team.
·         Selalu memiliki keinginan untuk mengadakan, memperbaiki atau memilihara hubungan yang erat, hangat dan bersahabat dengan orang lain.

3)      Motif berkuasa, orang dengan tipe seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Selalu ingin memiliki pengaruh terhadap orang lain.
·         Aktif dalam menjalankan kebijakan suatu organisasi yang diikuti.
·         Peka terhadap struktur pengaruh interpersonal dari suatu kelompok atau organisasi.
·         Selalu risau dengan reputasi, prestasi atau kedudukan orang lain.
·         Selalu berusaha membuat orang lain terkesan.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motif-Motif Sosial
Teevan dan Smith mengemukakan ada empat sumber perkembangan motif sosial, yaitu:
1.      Interaksi ibu dan anak
2.      Interaksi anak dengan seluruh keluarga
3.      Interaksi anak dengan masyarakat luas
4.      Pendidikan formal

Berbeda dengan La Vine (1977) ia mengatakan kebudayaan dalam masyarakat yang berupa kebiasaan-kebiasaan akan mempengaruhi motif sosial. Sedangkan Murray (1964) mengatakan bahwa motif sosial sangat dipengaruhi oleh cara-cara mengasuh anak. Jadi, bila disimpulkan berdasarkan pendapat banyak ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi motif sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang meliputi interaksi antara ibu dengan anak, anak dengan keluarga, anak dengan masyarakat luas, dan pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.

 Peran Motif Sosial
      Motif sosial berperan penting dalam pembentukan sosial. Motif yang sama antara anggota kelompok merupakan ciri utama yang membedakan interaksi sosial satu dengan interaksi sosial yang lainnya. Terbentuknya kelompok sosial adalah karena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan kegiatan bersama lebih mudah dapat dicapai daripada atas usaha diri sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok sosial itu. Tanpa motif yang sama antara sejumlah individu itu sukar dapat dibayangkan bahwa akan terbentuk suatu kelompok sosial yang khas.