pesan

Rabu, 17 April 2013

MAKALAH TEORI GESTALT



MAKALAH
TEORI GESTALT
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Teknik Konseling
Dosen Pengampu : Aniek Wirastania, S. Pd., M. Pd.

Kelompok IV :

1.      Mukorobbin                (12-500-0046)
2.      Silvia Rimadani           (12-500-0054)
3.      Arima Tri. O               (12-500-0074)
4.      Andrey Tri. W             (12-500-0079)
5.      Nurul Manazilatus. S (12-500-0104)


UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN KONSELING
2013





KATA PEGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.  Atas segala  rahmat dan hidayahnya yang tercurahkan kepada kami. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Atas anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah TEORI dan TEKNIK KONSELING. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya.


Surabaya,  Maret 2013

Penyusun















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..........................................................................................       i
DAFTAR ISI........................................................................................................      ii
BAB I.      PENDAHULUAN............................................................................     1
BAB II.     PEMBAHASAN...............................................................................     2
2.1.    Pengertian Teori Konseling Gestalt..........................................     3
2.2.    Sejarah Konseling Gestalt………………………….................     3
2.3.    Pandangan Tentang Manusia....................................................     4
2.4.    Tujuan Konseling......................................................................     5
2.5.    Proses Konseling.......................................................................     6
2.6.    Teknik Konseling......................................................................     7
2.7.    Kelebihan dan Kekurangan.......................................................   12
BAB III.                                                                                                                PENUTUP             13     
3.1.    Kesimpulan...............................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aset terpenting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat dikatakan tidak ada bangsa yang maju tanpa diiringi pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang berkualitas bukan hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, Yusuf&Juntika (2005:5) memaparkan ada tiga bidang pendidikan yang harus menjadi perhatian, diantaranya : 1). Bidang administratif dan kepemimpinan, 2). Bidang Intruksional dan kurikuler, 3). Bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan Konseling). Terkait dengan masalah bimbingan dan konseling, terdapat banyak ragam teori dan pendekatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah teori konseling behavioral, yang akan coba kami kupas satu persatu sehingga akan tampak sedikit kejelasan, dengan harapan kupasan materi yang kami sajikan bermanfaat bagi kita semua yang bergerak dalam dunia pendidikan.
Teori Gestalt diperkenalkan oleh Frederick (Fritz) Salomon Perls (1983-1970). Gestalt dalam bahasa Jerman mempunyai arti bentuk, wujud atau organisasi. Kata itu mengandung pengertian kebulatan atau keparipurnaan (schultz, 1991:171). Simkin dalam (Gilliland, 1989: 92) menyatakan bahwa kata Gestalt mempunyai makna keseluruhan (whole) atau konfigurasi (configuration). Dengan demikian, Perls lebih mengutamakan adanya integrasi bagian- bagian terkecil kepada suatu hal yang menyeluruh. Integrasi ini merupakan hal penting dan menjadi fungsi dasar bagi manusia
Tujuan dasar konseling dalam terapi ini adalah untuk meraih kesadaran (awareness), terhadap apa yang sedang dialami oleh konseli dan kemudian konseli bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan. Untuk itu, maka terapi ini lebih mengutamakan keadaan di sini dan saat ini (here and now).




BAB II
PEMBAHASAN

  2.1      Pengertian Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam teori psikologi Gestalt disebut sebagai fenomena (gejala). Fenomena adalah data yang paling dasar dalam psikologi Gestalt. Dalam hal ini psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat fenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsure, yaitu objek dan arti. Objek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, objek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada objek itu.

  2.2      Sejarah Konseling Gestalt
Ketika Behaviorisme berkembang pesat di Amerika Serikat, maka di negara Jerman muncul aliran yang dinamakan Psikologi Gestalt (arti kata Gestalt, dalam bahasa Jerman, ialah bentuk, pola, atau struktur). Para psikolog Gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai kualitas kesatuan dan struktur. Aliran Gestalt ini muncul juga karena ketidakpuasan terhadap aliran strukturalis, khususnya karena strukturalis mengabaikan arti pengalaman seseorang yang kompleks, bahkan dijadikan elemen yang disederhanakan.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Perintis teori Gestalt ini ialah Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya “Uber Gestaltqualitation“ (1890). Teori ini dibangun oleh tiga orang, Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.



Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi aliran-aliran lain . Bagi yang mengikuti aliran Gestalt perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer ialah keseluruhan , sedangkan bagian –bagiannya adalah sekunder; bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain ; keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Contohnya  kalau kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejahuan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru , melainkan teman kita itu secara keseluruhan selanjutnya baru kemudian kita saksikan adanya hal-hal khusus (bagian-bagian) tertentu misalnya baju yang baru.

  2.3      Pandangan tentang Manusia
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah :
1. Tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya.
2. Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu.
3. Aktor bukan reaktor
4. Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya.
5. Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab.
6. Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.

  2.4      Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu konseli agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa konseli haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.

·         Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal. Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut: Membantu konseli agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
·         Membantu konseli menuju pencapaian integritas kepribadiannya
·         Mengentaskan konseli dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
·         Meningkatkan kesadaran individual agar konseli dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

  2.5      Proses Konseling
                                                                                                                                                                      
·         Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan konseli sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugas konselor adalah mendorong konseli untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan agar konseli mau belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu konseli bisa diajak untuk memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.
·         Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat.
·         Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar konseli menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan konseli tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu konseli untuk melakukan transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan konseli.


·         Pada saat konseli mengalami gejala kesesatan dan konseli menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila, maka tugas konselor adalah membuat perasaan konseli untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
             Fase-fase proses konseling :
·         Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada konseli. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap konseli berbeda, karena masing-masing konseli mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
·         Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan konseli untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi konseli. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
·         Membangkitkan motivasi konseli, dalam hal ini konseli diberi kesempatan untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin tinggi kesadaran konseli terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor.
·         Membangkitkan dan mengembangkan otonomi konseli dan menekankan kepada konseli bahwa konseli boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
·         Fase ketiga, konselor mendorong konseli untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, konseli diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. Kadang-kadang konseli diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
·         Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan konseli.
·         Fase keempat, setelah konseli memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan konseli memasuki fase akhir konseling.


·         Pada fase ini konseli menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
·         Konseli telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.
·         Dalam situasi ini konseli secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.

  2.6      Teknik Konseling
Hubungan personal antara konselor dengan konseli merupakan inti yang perlu diciptakan dan dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-teknik yang dilaksanakan selama proses konseling berlangsung adalah merupakan alat yang penting untuk membantu konseli memperoleh kesadaran secara penuh.
A.    Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
·      Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu konseli tetapi tidak akan bisa mengubah konseli, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
·      Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula konselor tidak pernah bertanya “mengapa”.
·      Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran konseli tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian konseli mengintegrasikan kembali dirinya: (a) konseli mempergunakan kata ganti personal konseli mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan; (b)konseli mengambil peran dan tanggung jawab; (c) konseli menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya.



B.     Teknik-teknik Konseling Gestalt
1.      Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara konseli dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya konseli akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
2.      Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu konseli agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian konseli menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”. Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan konseli akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
3.        Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.

Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada konseli untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

4.      Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi konseli pemalu yang berlebihan.

5.      Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong konseli untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan konseli ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong konseli untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong konseli untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
6.      Kursi Kosong
Merupakan suatu teknik role playing yang dilakukan oleh konseli dengan seseorang yang dibayangkan pada kursi kosong. Tujuannya untuk menurunkan ketegangan akibat konflik.

7.      Berkeliling
   Suatu latihan dimana konseli diminta untuk berkeliling ketemannya (orang yang dikenalnya) dan berbicara atau melakukan sesuatu yang terkait dengan masalahnya. Tujuannya untuk menghadapi, memberanikan dan menyikapkan diridengan tingkah laku yang baru.
8.      Saya Memiliki Suatu Rahasia
                  Suatu metode pembentukan kepercayaan dalam rangka mengeksplorasi mengapa konseli tidak mau membuka rahasianya dan mengeksplorasi ketakutan- ketakutan, menyampaikan hal- hal yang mereka anggap memalukan/menimbulkan rasa berdosa.
9.      Permainan Melebih- Lebihkan
Suatu metode peningkatan kesadaran atas tanda- tanda dan isyarat- isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh.
Misal : gemetar (menggoyangkan tangan dan kaki).
     
                       

             
           









  2.7      Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Gestalt
Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey (Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan dan Kelemahan pendekatan Gestalt adalah:
1. Kelebihan
·      Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
·      Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
·      Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
·      Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada konseli untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
·      Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah konseli.
2. Kelemahan
·      Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
·      Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
·      Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
·      Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
·      Para konseli sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.


BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam teori psikologi Gestalt disebut sebagai fenomena (gejala). Oleh karena itu, mempelajari teori ini sangat penting untuk menunjang segala aspek kehidupan.




















DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, et.al. 1996. Pengantar Psikologi (terj Dharma, Agus.) Jakarta : Erlangga
Chaplin, JP. 2002. Kamus Lengkap Psikologi (terj. Kartono, Kartini). Jakarta : Raja Grapindo
Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI
Surya, Muhamad. 1988. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Teori&Konsep). Yogyakarta : Penerbit Kota Kembang.
Yusuf, Syamsu&Juntika, Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakaraya.
Walgito,Bimo. 2002. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Andi



Tidak ada komentar: