pesan

Selasa, 16 April 2013

Respon Tindakan


Respon Tindakan
Respon tindakan adalah respon yang lebih menekankan pada peran aktif konselor. Peran aktif konselor dalam respon ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik model-model pendekatan. Bentuk respon tindakan yang dikemukakan oleh Cormier & Cormier  terdiri atas 4 bentuk yaitu : probe (menggali informasi), konfrontasi, interpretasi, dan memberi informasi.

A.      Probe
Probe adalah suatu bentuk respon yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan untuk menggali informasi kebih banyak dari konseli. Pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan konseling  terdiri atas 2 bentuk yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup ( penjelasan lebih lengkap telah dijelaskan pada keterampilan bertanya).

B.       Konfrontasi
Konfrontasi merupakan suatu respon verbal yang digunakan oleh konselor untuk menyatakan  adanya diskrepansi atau kesenjangan antara perasaan, pikiran, dan perilaku konseli seperti yang tampak pada pesan-pesan  yang dinyatakannya. Konfrontasi menunjukkan pada teknik verbal  konselor dalam menangani kesenjangan dalam pikiran,keputusan, tingkah laku, perbuatan untuk membantu konseli menyadari apa yang diekspresikannya pada suatu ketika, dan respon ini awalnya berasal dari teori gestalt.
Konfrontasi dalam teori lama bermakna suatu teknik verbal yang sangat direktif dalam konseling, digunakan untuk menantang tingkah laku yang termotivasi secara tidak sadar atau tingkah laku yang ditolak.. Penggunaan konfrontasi  dilakukan untuk memfasilitasi  tingkah laku realistis  yang penerapannya dilakukan dalam strategi diskusi dan debat dalam model Rational Emotive Behaviour Therapy yang dikembangkan oleh Ellis.
 Menurut Mappiare, 2006 menyatakan konfrontasi terdiri atas enam jenis yaitu :
  1. Konfrontasi verbal versus tingkah laku non verbal.
  2. Konfrontasi pesan-pesan verbal versus verbal tahap atau langkah tindakan.
  3. Konfrontasi verbal versus  verbal yang dinyatakan  secara tidak konsisten.
  4. Konfrontasi tingkah laku verbal versus tingkah laku non verbal yang ditampakkan secara tidak konsisten.
  5. Konfrontasi informasi tentang dua pribadi, misalnya kata teman menurut konseli versus konseli sendiri atau kata teman  menurut konseli versus kata orang tua menurut konseli.
  6. Konfrontasi pesan verbal versus konteks atau situasi.
Konfrontasi menurut Sofyan S. Willis adalah suatu teknik konseling yang menantang konseli untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa tubuh (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Suatu konfrontasi bukan bermaksud mengatakan bahwa konseli itu orang yang salah. Kritik dalam konfrontasi mengemukakan bentuk kata-kata tentang adanya incongruity (ketaksesuaian) dan discrepancy (double messages) dalam wawancara konseling. Hal ini biasanya dilakukan karena konseli seringkali memiliki cerita yang ganda di dalam wawancara konseling.
Contoh : “Saya amat mencintai suami saya, tapii....”, “Saya mau pekerjaan itu, tetapi sayang saya harus pisah dengan keluarga.”
Pernyataan di atas tampak sekali bahwa konseli mengemukakan pemikiran atau perasaan ganda. Seorang konselor yang berempati akan menunjukkan kepada konseli adanya ketidak sesuaian atau diskrepansi, karena untuk mengajak konseli mengkonfrontasikannya atau menghadapi isu diskrepansi tersebut.
Tujuan dari Keterampilan konfrontasi
  1. Mendorong konseli mengadakan penelitian diri secara jujur.
  2. Meningkatkan potensi konseli.
  3. Membawa konseli kepada kesadaran adanya konfrontasi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
Hal yang harus diperhatikan ketika konselor mengajukan respon konfrontasi adalah sebagai berikut :
  1. Memberi komentar khusus terhadap konseli yang tidak konsisten dengan cara tepat waktu.
  2. Tidak menilai apalagi menyalahkan.
  3. Dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati.
Contoh Dialog :
Konseli : “Oh..saya baik-baik saja...”(suara rendah, wajah tidak cerah, posisi tubuh gelisah)
Konselor : “ Anda katakan baik-baik saja tetapi kelihatannya ada  yang anda pikirkan .” atau “Saya lihat ada perbedaan antara ucapan dengan bahasa tubuh anda.”


C.      Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu keterampilan yang melibatkan pemahaman dan pengkomunikasian makna pesan-pesan konseli. Konselor dapat membuat interpretasi dengan cara memberi  konseli suatu pandangan yang segar tentang dirinya atau penjelasan-penjelasan tentang sikap, perilaku, dan kesulitan-kesulitannya. Brammer & Shostrom mendefinisikan interpretasi sebagai suatu bentuk respon yang menyatakan hipotesis tentang hubungan atau makna antara perilaku-perilakunya.  Interpretasi ini sangat berguna bagi konseli karena dapat mengarahkan pada pemerolehan insight.
Interpretasi dapat disepadankan dengan suatu hipotesis tentang perilaku konseli. Pembuatan interpretasi ini dilakukan dengan menggunakan suatu kerangka pikir tertentu, dan jangan pernah membuat sebuah interpretasi  hanya berdasar pada pemikiran spekulatif. Kerangka pikir  biasanya dibuat berdasar pada suatu teori, konsep, atau proposisi sebagai suatu kerangka kerja.
Interpretasi bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pernyataan konseli dan perilakunya, memeriksa perilaku konseli dari beberapa sudut pandang, serta membantu  konseli  memahami masalah atau perilakunya.
Contoh respon interpretasi konselor
Konseli :
“Semuanya tampak membosankan. Tak ada perubahan, tak menggairahkan. Semua teman saya pada kabur. Seandainya saya jadi orang kaya pasti saya bisa melakukan banyak hal yang membuat  ini menjadi lebih baik.”
Konselor dari Adlerian
“Sepertinya anda begitu yakin jika anda memiliki banyak teman dan banyak uang maka kehidupan anda menjadi lebih baik.”
Konselor AT
“Tampak jika anda menganggap bahwa kehidupan anda akan bahagia, jika anda melakukan banyak rekreasi . Hal ini memperlihatkan jika anda sangat dikendalikan oleh ego anak”
Konselor Kognitif
“Sepertinya anda memandang diri anda sedang mengalami bencana hanya karena saat ini anda tidak memiliki uang. Apa dasarnya anda bisa memiliki pemikiran seperti itu?saya kira perasaan jemu  anda bisa berubah jika anda dapat membuat kesimpulan yang lebih logis tentang kondisi keuangan dan hubungan pertemanan anda yang saat ini masih minim.”
Konselor Perilaku
“ Tampaknya anda tidak mengerti tentang  bagaimana caranya memperoleh teman  dan memperoleh kesenangan  tanpa harus mempunyai banyak teman dan uang. Saya pikir, jika anda dapat mengakui hal ini maka anda akan termotivasi  untuk mempelajari perilaku yang lebih ditentukan oleh diri sendiri.”
Pada respon interpretasi ini penguasaan teoritis sangat dibutuhkan, keefektifan respon interpretasi digunakan untuk membantu konseli menghadapi kesulitan, dan konselor dalam menyatakan respon ini  harus dapat melihat waktu dan kata-kata yang tepat agar dapat mengefektifkan proses konseling.
Aturan yang diperhatikan  agar dapat menggunakan interpretasi secara efektif, yaitu sebagai berikut.
  1. Perhatikan dengan cermat kesiapan konseli. Konselor harus yakin bahwa konseli telah siap untuk mengeksplorasi dirinya sebelum menggunakan interpretasi.
  2. Interpretasi hendaknya berdasar pada pesan-pesan aktual konseli dan bukan bias dan penilaian konselor yang diproyeksikan kepada konseli.
  3. Gunakan kata-kata atau frase yang tepat  dalam respon interpretasi.

D.  Pemberian Informasi
Pemberian informasi merupakan suatu bentuk komunikasi verbal tentang pengetahuan, data, fakta, pengalaman, peristiwa, alternatif, atau orang sehingga individu memperoleh pengetahuan dan alternatif  atau orang  sehingga individu memperoleh pengetahuan  dan alternatif-alternatif sehingga konseli memperoleh pengetahuan  dan alternatif-alternatif, selanjutnya dapat membuat pilihan dan mengambil keputusan secara tepat. Pemberian informasi ini biasanya dilakukan dengan penyampaian informasi tentang perubahan psikologis dan sosial yang menyertai suatu peristiwa khusus atau masalah khusus, dimana informasi ini dipandang dapat menjadi prosedur  tambahan untuk meningkatkan nilai teraupetik dalam suatu proses bantuan psikologis. Materi informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan individu yang dibantu atau tujuan konseling yang akan dicapai.
Pemberian informasi ini dapat digunakan untuk mencegah terjadinya suatu masalah baru. Contoh : pemberian informasi tentang bahaya narkoba yang digunakan agar dapat mencegah anak didik dari kemungkinan mendekati dan terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
Pemberian informasi berbeda dengan pemberian nasehat (advice). Perbedaannya adalah sebagai berikut. Pemberian nasehat selalu merekomendasikan atau mempreskripsikan suatu cara  pemecahan tertentu atau serangkaian tindakan pada individu melalui sebuah nasehat. Sedangkan dalam pemberian informasi, konselor menyajikan informasi-informasi yang relevan tentang isu permasalahan konseli, dan keputusan tentang tindakan akhir yang ditentukan oleh konseli sendiri.

Contoh :
Konseli :
“Saya sungguh mengalami kesulitan untuk menolak permintaan anak saya, untuk mengatakan tidak padanya, bahkan meskipun saya tahu ia meminta sesuatu  yang tidak layak bahkan membahayakan dirinya.”
Pemberian Nasehat
“Mengapa anda tidak mulai mencoba untuk menolak atau mengatakan tidak ketika anak anda mengajukan permintaan dan kemudian melihat apa yang akan terjadi kemudian.”
Pemberian Informasi
“Saya kira terdapat dua hal yang perlu kita diskusikan tentang hal apa yang membuat anda mengalami kesulitan dalam menangani situasi anda saat ini. Pertama, kita dapat mendiskusikan tentang apa yang akan terjadi jika anda mengatakan tidak. Kita juga akan memeriksa bagaimana keluarga anda menangani permintaan anda ketika masih anak-anak. Seringkali, sebagai orang tua kita akan memperlakukan anak kita seperti halnya orang tua kita dulu memperlakukan kita, dimana kita tidak menyadarinya.”
            Hal yang harus diperhatikan adalah pemberian informasi hanyalah suatu alat dalam konseling, dan bukan merupakan konseling itu sendiri. Pemberian informasi dipandang tepat jika kebutuhan akan informasi berkaitan secara langsung dengan masalah dan tujuan konseli mencapai tujuan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian informasi adalah kapan informasi itu perlu diberikan, informasi apa yang harus atau perlu diperhatikan, serta bagaimana informasi tersebut diberikan.




Tidak ada komentar: