MOTIF
Pengertian Motif
Motif
adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Misalnya, apabila
seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan.
Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan
tertentu. Apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil
proses belajar.
Ada beberapa definisi tentang motif:
1. Gerungan
(1975) :
Motif itu merupakan suatu
pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau doronga-dorongan
dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
2. Lindzey, Hall dan Thompson (1975) :
Motif adalah sesuatu yang
menimbulkan tingkah laku.
3. Atkinson (1958) :
Motif sebagai sesuatu disposisi
laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini
dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan.
4. Sri
Mulyani Martaniah (1982) :
Motif adalah suatu konstruksi yang
potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalamanpengalaman, yang secara
relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi
menggerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.
Dari
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu pengertian
yang mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya
mempunyai motif. Tingkah laku juga disebut tingkah laku secara refleks dan
berlangsung secara otomatis dan mempunyai maksud-maksud tertentu walaupun
maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia.
Motif-motif
manusia dapat bekerja secara sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri
manusia. Kegiatan kegiatan yang biasa kita lakukan sehari-hari juga mempunyai
motif-motifnya tersendiri. Kita menyetel weker (jam) kita pagi-pagi dengan
motif untuk melakukan sesuatu pekerjaan sebelum kita masuk kantor.
Suatu
contoh: apabila seseorang sedang makan siang dirumah tiba-tiba dengan tidak
berkata apa-apa meletakan sendok-garpunya, lompat dari kursi, dan lari ke
luar,maka sukar sekali tingkah laku ini dipahami apabila kita tidak mengetahui
motif-motifnya untuk berbuat demikian sehingga kita menganggapnya aneh, tidak
sosial, atau apapun. Dalam hal ini mungkin dorongannya adalah bahwa orang
tersebut ketika menengok ke luar jendela melihat seseorang lewat di jalan yang
kemarin membawa lari uang pinjaman yang sangat ia perlukan pada saat itu.
Gardner
Lindzey, calvin S. Hall dan Richard F. Thompson dalam bukunya Psychology (1975,
P. 339) mengklasifikasikan motif ke dalam dua hal yaitu:
1. Drives
(needs)
Drive
adalah yang mendorong untuk bertindak. Drives yang merupakan proses organic
internal disebut drives primer atau drives yang tidak dipelajari. Misalnya:
lapar dan haus. Drives yang lain diperoleh melalui belajar. Misalnya:
persaingan.
2. Incentives.
Incentives
adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar
kita yang merangsang tingkah laku. Incentives ini merupakan penyebab individu
untuk bertindak.mAntara drive dan incentives pada dasarnya merupakan dua sisi
dari mata uang logam. Lapar menyebabkan kita bertindak untuk mendapatkan
makanan, dan makanan yang kita dapatkan mengundang kita untuk memakannya. Bila
kita tidak lapar maka makananan tidak memiliki nilai incentives. Tetapi
incentives juga dapat menimbulkan kita untuk bertindak tanpa ada hadirnya
drives. Misalnya: mungkin kita tidak lapar, tetapi melihat mie goreng terhidang
diatas meja merangsang nafsu makan kita. Drives primer memenuhi kebutuhan untuk
kelangsungan hidup dan kesehatan dengan jalan memenuhi kebutuhan psikisnya.
Drives yang dipelajari memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosialnya. Misalnya: kebutuhan untuk ”disetujui”
merupakan drives yang dipelajari karena diperolehnya melalui persetujuan orang
lain, yaitu bisa orang luar, guru atau temannya. Penguat (reinforcer) yang
digunakan untuk timbulnya drives pada seseorang ini adalah incentives.
Incentive ini akan berpengaruh terhadap semangat seseorang untuk bertindak.
Incentif ini dapat positif dapat pula negatif. Incentives yang positif adalah
hadiah. Incentives yang negatif adalah hukuman.
Pengertian Motif Sosial
Setelah
diketahui apakah sebenarnya motif itu, maka berikut ini disajikan beberapa
definisi motif sosial.
1. Lindgren
(1073)
Motif sosial adalah motif yang dipelajari
melalui kontak orang lain dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang
penting.
2. Barkowitz
(1969)
Motif sosial adalah motif yang
mendasari aktivitas individu dalam mereaksi terhadap orang lain.
3. Max
Crimon dan Messick (1976)
Mengatakan bahwa seseorang
menunjukan motif sosial, jika ia dalam membuat pilihan memperhitungkan
akibatnya bagi orang lain.
4. Heckhausen
(1980)
Motif sosial adalah motif yang
menunjukan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan orang
lain.
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi motif sosial adalah
motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan
lingkungan sosialnya.
Motif
timbul karena adanya kebutuhan/need. Kebutuhan kebutuhan dapat diartikan sebagai:
1. Satu
kekurangan universal dikalangan umat manusia dan musnah bila kekurangan itu
tidak tercukupi.
2. Satu
kekurangan universal dikalangan umat manusia yang dapat membantu dan membawa
kebahagiaan pada manusia bila kekurangan itu terpenuhi, walaupun hal itu tidaklah
esensiil terhadap kelangsungan hidup manusia.
3. Sebuah
kekurangan yang dapat dipenuhi secara wajar dengan berbagai benda lainnya
apabila ada benda khusus yang diingini tidak dapat diperoleh.
4. Sifat
taraf kebutuhan.
Kebutuhan
(need) dapat dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu, dan ini menuntutt segera
pemenuhannya, untuk segera mendapatkan keseimbangan. Situasi kekurangan ini
berfungsi sebagai suatu kekuatan atau dorongan alasan, yang menyebabkan
seseorang bertindak untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga kalau digambarkan
prosesnya sebagai berikut:
1. Makan Makan Makan
2. Oksigen Sesak Nafas Bernafas
3. Air Haus Minum
Seperti
telah disebut dimuka, kebutuhan dan motif tidak bisa diamati. Yang menampak
atau yang bisa diamati perilakunya. Dari bentuk-bentuk perbuatan yang serupa
kita simpulkan adanya kebutuhan dari motif itu. Selain pengamatan terhadap
tingkah laku individu ada jalan lain untuk mengetahui atau meyakini adanya
kebutuhan dan motif ialah dengan mengetahui pengalaman pribadi. Misalnya:
seorang perokok pernah mengalami bagaiman kuatnya keinginan untuk mencari rokok
apabila sudah lama tidak merokok, sehingga ia dapat membayangkan apabila hal
tersebut menimpa orang lain.
Wood Worth dan Marquis membedakan motif
atas:
1.
Motif yang tergantung
pada keadaan dalam jasmani.
Motif
ini merupakan kebutuhan organik. Misalnya: makan, minum, dsb.
2.
Motif yang tergantung
hubungan individu dengan lingkungan.
Motif
ini dibedakan menjadi:
a.
Emergency motive / motif
darurat.
Ini
adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena keadaan sekitarnya
menuntut demikian. Misalnya: motif untuk melepaskan diri dari bahaya,
melindungi matanya dan sebagainya.
b.
Objektif motive / motif
objektif
Motif
yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik berupa individu maupun benda.
Misalnya: penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah bagus dan sebagainya.
Teevan
dan Smith (1964) menggolongkan motif atau dasar perkembangannya menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Motif
Primer, kebutuhan motive (need)
Perilaku Adalah motif yang timbulnya berdasarkan
proses kimiawi fisiologik dan diperoleh dengan tidak dipelajari. Contohnya:
haus dan lapar.
2. Motif
Sekunder
Adalah motif yang timbulnya tidak
secara langsung berdasarkan proses kimiawi psikologik dan umumnya diperoleh
dari proses belajar baik melalui pengalaman maupun lingkungan. McClelland
mengemukakan bahwa motif sekunder disebut juga dengan motif sosial yang terdiri
dari:
a. Motif
berprestasi
b. Motif
berafiliasi
c. Motif
berkuasa
Macam-macam Motif Sosial
1. Motif
Tunggal/Motif Bergabung
Motif
kegiatan-kegiatan kita dapat merupakan motif tunggal atau motif
bergabung. Misalnya, mendengarkan Warta Berita RRI mungkin mempunyai
motif yang umum, mungkin juga bermotif lain, misalnya untuk mendengarkan berita
tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan di kantor kita.
Contoh
lain: apabila seseorang menjadi anggota suatu perkumpulan, maka motif-motifnya
biasanya bergabung. Ia mungkin ingin belajar sesuatu yang baru bersama-sama
dengan anggota perkumpulan tersebut; disamping itu mungkin ia ingin belajar
berorganisasi; mungkin juga ia ingin mengenal dari dekat anggota-anggota
kelompok; ia juga mungkin ingin memperluas relasi-relasinya guana kelancaran
pekerjaan kantornya, dll.
Dengan
demikian, orang yang bersangkutan mungkin mempunyai bermacam-macam motif yang
sekaligus bekerja di balik perbuatan menggabungkan diri dallam organisassi itu.
Untuk
memahami susunan motif yang mendorong seseorang manusia dewasa berbuat sesuatu
yang tidak kita mengerti seringkali tidak mudah. Dalam hal ini patutlah
dipahami lebih mendalam riwayat dan struktur kepribadiannya, perbuatan itu
sendiri, kondisi-kondisi di lingkungannya dimana perbuatan itu dilakukan, dan
saling berhubunganantara ketiga golongan faktor tersebut. Jelaslah bahwa
motif-motif manusia mempunyai peran-peran yang sangat besar dalam
kegiatan-kegiatannya, dan merupakan latar belakang tindak-tanduknya sehingga
merupakan pokok khusus dari ilmu pengetahuan sosiologi.
2. Motif
Biogenetis
Motif-motif
biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan
organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis
ini bercorak universal dan kurang terikat dengan lingkungan kebudayaannya
tempat manusia itu kebetulan berada dan berkembang. Motif biogenetis ini adalah
assli di dalam diri orang dan berkembang dengan sendirinya.
Contoh
motif-motif biogenetis yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan masyarakat
tertentu.
3. Motif
Sosiogenetis
Motif-motif
sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif
sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya tetapi berdasarkan interaksi
sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Macam motif sosiogenetis
banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan-perbedaan yang terdapat
di antara berbagai corak kebudayaan di dunia.
Beberapa
contoh: keinginan untuk mendengarkan musik Chopin atau musik legong bali,
keinginan untuk membaca sejarah Indonesia, keinginan untuk bermain sepakbola,
dan sebagiannya merupakan motif-motif sosiogenetis.
Banyak
motif orang dewasa merupakan motif-motif sosiogenetis walaupun terdapat pula
motif-motif biogenetis yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan masyarakat
tertentu.
Contoh:
keinginan akan memakan fastfood, pecel, puding, coklat, dan es krim merupakan motif-motif
yang berdasarkan motif ”lapar” tetapi yang terjalin dengan keinginan-keinginan
yang coraknya sangat dipengaruhi lingkungan kebudayaan sekitar.
4. Motif
Teogenetis
Motif
teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang
terwujud dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha
merealisasikan norma-norma agamanya. Sementara itu, manusia memerlukan interaksi
dengan tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang
berketuhanan di dalam masyarakat yang heterogen. Contoh motif teogenetis adalah
keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk
merealisassikan morma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci, dll.
Menurut
McClelland manusia berinteraksi dengan dunia sosialnya dalam tiga bentuk motif
yaitu:
1) Motif
berprestasi dimana ciri-ciri dari tipe orang dengan motif sosial seperti ini
adalah:
·
Mempunyai keinginan
untuk berprestasi lebih baik (beranggapan bahwa berprestasi lebih baik
adalah suatu hal yang penting).
·
Menentukan sendiri
standard prestasinya dan berpatokan pada standard tersebut.
·
Berusaha melakukan
sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
·
Mengambil resiko-resiko
yang wajar.
·
Berpikiran maju ke
depan (inovatif).
2) Motif
afiliasi, dimana ciri-ciri orang dengan tipe seperti ini adalah:
·
Senang berada di tengah
keramaian dan sangat menikmati persahabatan.
·
Senang bergaul dengan
orang lain, senang berbicara di telepon.
·
Lebih mementingkan
aspek-aspek interpersonal dari pekerjaannya daripada aspek-aspek yang
menyangkut tugas dalam pekerjaannya.
·
Berusaha mendapatkan
persetujuan orang lain.
·
Melakukan tugas lebih
baik saat bekerja dalam team.
·
Selalu memiliki
keinginan untuk mengadakan, memperbaiki atau memilihara hubungan yang erat,
hangat dan bersahabat dengan orang lain.
3) Motif
berkuasa, orang dengan tipe seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Selalu ingin memiliki
pengaruh terhadap orang lain.
·
Aktif dalam menjalankan
kebijakan suatu organisasi yang diikuti.
·
Peka terhadap struktur
pengaruh interpersonal dari suatu kelompok atau organisasi.
·
Selalu risau dengan
reputasi, prestasi atau kedudukan orang lain.
·
Selalu berusaha membuat
orang lain terkesan.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Motif-Motif Sosial
Teevan
dan Smith mengemukakan ada empat sumber perkembangan motif sosial, yaitu:
1. Interaksi
ibu dan anak
2. Interaksi
anak dengan seluruh keluarga
3. Interaksi
anak dengan masyarakat luas
4. Pendidikan
formal
Berbeda
dengan La Vine (1977) ia mengatakan kebudayaan dalam masyarakat yang berupa
kebiasaan-kebiasaan akan mempengaruhi motif sosial. Sedangkan Murray (1964)
mengatakan bahwa motif sosial sangat dipengaruhi oleh cara-cara mengasuh anak.
Jadi, bila disimpulkan berdasarkan pendapat banyak ahli, faktor-faktor yang
mempengaruhi motif sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang meliputi
interaksi antara ibu dengan anak, anak dengan keluarga, anak dengan masyarakat
luas, dan pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.
Peran Motif
Sosial
Motif sosial berperan
penting dalam pembentukan sosial. Motif yang sama antara anggota kelompok
merupakan ciri utama yang membedakan interaksi sosial satu dengan interaksi sosial yang lainnya. Terbentuknya
kelompok sosial adalah karena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dengan kegiatan bersama lebih mudah dapat dicapai daripada atas
usaha diri sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan
sebab utama terbentuknya kelompok sosial itu. Tanpa motif yang sama antara
sejumlah individu itu sukar dapat dibayangkan bahwa akan terbentuk suatu
kelompok sosial yang khas.