Respon Tindakan
Respon
tindakan adalah respon yang lebih menekankan pada peran aktif konselor. Peran
aktif konselor dalam respon ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik
model-model pendekatan. Bentuk respon tindakan yang dikemukakan oleh Cormier
& Cormier terdiri atas 4 bentuk
yaitu : probe (menggali informasi), konfrontasi, interpretasi, dan memberi
informasi.
A.
Probe
Probe
adalah suatu bentuk respon yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
untuk menggali informasi kebih banyak dari konseli. Pertanyaan yang diajukan
dalam kegiatan konseling terdiri atas 2
bentuk yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup ( penjelasan lebih lengkap telah
dijelaskan pada keterampilan bertanya).
B.
Konfrontasi
Konfrontasi
merupakan suatu respon verbal yang digunakan oleh konselor untuk
menyatakan adanya diskrepansi atau
kesenjangan antara perasaan, pikiran, dan perilaku konseli seperti yang tampak
pada pesan-pesan yang dinyatakannya.
Konfrontasi menunjukkan pada teknik verbal
konselor dalam menangani kesenjangan dalam pikiran,keputusan, tingkah
laku, perbuatan untuk membantu konseli menyadari apa yang diekspresikannya pada
suatu ketika, dan respon ini awalnya berasal dari teori gestalt.
Konfrontasi
dalam teori lama bermakna suatu teknik verbal yang sangat direktif dalam
konseling, digunakan untuk menantang tingkah laku yang termotivasi secara tidak
sadar atau tingkah laku yang ditolak.. Penggunaan konfrontasi dilakukan untuk memfasilitasi tingkah laku realistis yang penerapannya dilakukan dalam strategi
diskusi dan debat dalam model Rational Emotive Behaviour Therapy yang
dikembangkan oleh Ellis.
Menurut Mappiare, 2006 menyatakan konfrontasi
terdiri atas enam jenis yaitu :
- Konfrontasi verbal versus tingkah laku non verbal.
- Konfrontasi pesan-pesan verbal versus verbal tahap atau langkah tindakan.
- Konfrontasi verbal versus verbal yang dinyatakan secara tidak konsisten.
- Konfrontasi tingkah laku verbal versus tingkah laku non verbal yang ditampakkan secara tidak konsisten.
- Konfrontasi informasi tentang dua pribadi, misalnya kata teman menurut konseli versus konseli sendiri atau kata teman menurut konseli versus kata orang tua menurut konseli.
- Konfrontasi pesan verbal versus konteks atau situasi.
Konfrontasi
menurut Sofyan S. Willis adalah suatu teknik konseling yang menantang konseli
untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan
bahasa tubuh (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kepedihan, dan sebagainya.
Suatu
konfrontasi bukan bermaksud mengatakan bahwa konseli itu orang yang salah.
Kritik dalam konfrontasi mengemukakan bentuk kata-kata tentang adanya
incongruity (ketaksesuaian) dan discrepancy (double messages) dalam wawancara konseling. Hal ini biasanya
dilakukan karena konseli seringkali memiliki cerita yang ganda di dalam
wawancara konseling.
Contoh
: “Saya amat mencintai suami saya, tapii....”, “Saya mau pekerjaan itu, tetapi
sayang saya harus pisah dengan keluarga.”
Pernyataan
di atas tampak sekali bahwa konseli mengemukakan pemikiran atau perasaan ganda.
Seorang konselor yang berempati akan menunjukkan kepada konseli adanya ketidak
sesuaian atau diskrepansi, karena untuk mengajak konseli mengkonfrontasikannya
atau menghadapi isu diskrepansi tersebut.
Tujuan dari
Keterampilan konfrontasi
- Mendorong konseli mengadakan penelitian diri secara jujur.
- Meningkatkan potensi konseli.
- Membawa konseli kepada kesadaran adanya konfrontasi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
Hal yang harus
diperhatikan ketika konselor mengajukan respon konfrontasi adalah sebagai berikut
:
- Memberi komentar khusus terhadap konseli yang tidak konsisten dengan cara tepat waktu.
- Tidak menilai apalagi menyalahkan.
- Dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati.
Contoh Dialog :
Konseli :
“Oh..saya baik-baik saja...”(suara rendah, wajah tidak cerah, posisi tubuh
gelisah)
Konselor : “
Anda katakan baik-baik saja tetapi kelihatannya ada yang anda pikirkan .” atau “Saya lihat ada
perbedaan antara ucapan dengan bahasa tubuh anda.”
C.
Interpretasi
Interpretasi
merupakan suatu keterampilan yang melibatkan pemahaman dan pengkomunikasian
makna pesan-pesan konseli. Konselor dapat membuat interpretasi dengan cara
memberi konseli suatu pandangan yang
segar tentang dirinya atau penjelasan-penjelasan tentang sikap, perilaku, dan
kesulitan-kesulitannya. Brammer & Shostrom mendefinisikan interpretasi
sebagai suatu bentuk respon yang menyatakan hipotesis tentang hubungan atau
makna antara perilaku-perilakunya.
Interpretasi ini sangat berguna bagi konseli karena dapat mengarahkan
pada pemerolehan insight.
Interpretasi
dapat disepadankan dengan suatu hipotesis tentang perilaku konseli. Pembuatan
interpretasi ini dilakukan dengan menggunakan suatu kerangka pikir tertentu,
dan jangan pernah membuat sebuah interpretasi
hanya berdasar pada pemikiran spekulatif. Kerangka pikir biasanya dibuat berdasar pada suatu teori,
konsep, atau proposisi sebagai suatu kerangka kerja.
Interpretasi bertujuan
untuk mengidentifikasi hubungan antara pernyataan konseli dan perilakunya,
memeriksa perilaku konseli dari beberapa sudut pandang, serta membantu konseli
memahami masalah atau perilakunya.
Contoh respon
interpretasi konselor
Konseli :
“Semuanya tampak
membosankan. Tak ada perubahan, tak menggairahkan. Semua teman saya pada kabur.
Seandainya saya jadi orang kaya pasti saya bisa melakukan banyak hal yang
membuat ini menjadi lebih baik.”
Konselor dari
Adlerian
“Sepertinya anda
begitu yakin jika anda memiliki banyak teman dan banyak uang maka kehidupan
anda menjadi lebih baik.”
Konselor AT
“Tampak jika
anda menganggap bahwa kehidupan anda akan bahagia, jika anda melakukan banyak
rekreasi . Hal ini memperlihatkan jika anda sangat dikendalikan oleh ego anak”
Konselor
Kognitif
“Sepertinya anda
memandang diri anda sedang mengalami bencana hanya karena saat ini anda tidak
memiliki uang. Apa dasarnya anda bisa memiliki pemikiran seperti itu?saya kira
perasaan jemu anda bisa berubah jika
anda dapat membuat kesimpulan yang lebih logis tentang kondisi keuangan dan
hubungan pertemanan anda yang saat ini masih minim.”
Konselor Perilaku
“ Tampaknya anda
tidak mengerti tentang bagaimana caranya
memperoleh teman dan memperoleh
kesenangan tanpa harus mempunyai banyak
teman dan uang. Saya pikir, jika anda dapat mengakui hal ini maka anda akan
termotivasi untuk mempelajari perilaku
yang lebih ditentukan oleh diri sendiri.”
Pada respon
interpretasi ini penguasaan teoritis sangat dibutuhkan, keefektifan respon
interpretasi digunakan untuk membantu konseli menghadapi kesulitan, dan
konselor dalam menyatakan respon ini
harus dapat melihat waktu dan kata-kata yang tepat agar dapat
mengefektifkan proses konseling.
Aturan yang
diperhatikan agar dapat menggunakan
interpretasi secara efektif, yaitu sebagai berikut.
- Perhatikan dengan cermat kesiapan konseli. Konselor harus yakin bahwa konseli telah siap untuk mengeksplorasi dirinya sebelum menggunakan interpretasi.
- Interpretasi hendaknya berdasar pada pesan-pesan aktual konseli dan bukan bias dan penilaian konselor yang diproyeksikan kepada konseli.
- Gunakan kata-kata atau frase yang tepat dalam respon interpretasi.
D. Pemberian Informasi
Pemberian
informasi merupakan suatu bentuk komunikasi verbal tentang pengetahuan, data,
fakta, pengalaman, peristiwa, alternatif, atau orang sehingga individu
memperoleh pengetahuan dan alternatif
atau orang sehingga individu
memperoleh pengetahuan dan
alternatif-alternatif sehingga konseli memperoleh pengetahuan dan alternatif-alternatif, selanjutnya dapat
membuat pilihan dan mengambil keputusan secara tepat. Pemberian informasi ini
biasanya dilakukan dengan penyampaian informasi tentang perubahan psikologis
dan sosial yang menyertai suatu peristiwa khusus atau masalah khusus, dimana
informasi ini dipandang dapat menjadi prosedur
tambahan untuk meningkatkan nilai teraupetik dalam suatu proses bantuan
psikologis. Materi informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan individu
yang dibantu atau tujuan konseling yang akan dicapai.
Pemberian
informasi ini dapat digunakan untuk mencegah terjadinya suatu masalah baru.
Contoh : pemberian informasi tentang bahaya narkoba yang digunakan agar dapat
mencegah anak didik dari kemungkinan mendekati dan terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba.
Pemberian
informasi berbeda dengan pemberian nasehat (advice). Perbedaannya adalah
sebagai berikut. Pemberian nasehat selalu merekomendasikan atau
mempreskripsikan suatu cara pemecahan
tertentu atau serangkaian tindakan pada individu melalui sebuah nasehat.
Sedangkan dalam pemberian informasi, konselor menyajikan informasi-informasi
yang relevan tentang isu permasalahan konseli, dan keputusan tentang tindakan
akhir yang ditentukan oleh konseli sendiri.
Contoh :
Konseli :
“Saya sungguh
mengalami kesulitan untuk menolak permintaan anak saya, untuk mengatakan tidak
padanya, bahkan meskipun saya tahu ia meminta sesuatu yang tidak layak bahkan membahayakan
dirinya.”
Pemberian
Nasehat
“Mengapa anda
tidak mulai mencoba untuk menolak atau mengatakan tidak ketika anak anda
mengajukan permintaan dan kemudian melihat apa yang akan terjadi kemudian.”
Pemberian
Informasi
“Saya kira
terdapat dua hal yang perlu kita diskusikan tentang hal apa yang membuat anda
mengalami kesulitan dalam menangani situasi anda saat ini. Pertama, kita dapat
mendiskusikan tentang apa yang akan terjadi jika anda mengatakan tidak. Kita
juga akan memeriksa bagaimana keluarga anda menangani permintaan anda ketika
masih anak-anak. Seringkali, sebagai orang tua kita akan memperlakukan anak
kita seperti halnya orang tua kita dulu memperlakukan kita, dimana kita tidak
menyadarinya.”
Hal yang harus diperhatikan adalah
pemberian informasi hanyalah suatu alat dalam konseling, dan bukan merupakan
konseling itu sendiri. Pemberian informasi dipandang tepat jika kebutuhan akan
informasi berkaitan secara langsung dengan masalah dan tujuan konseli mencapai
tujuan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian informasi adalah
kapan informasi itu perlu diberikan, informasi apa yang harus atau perlu
diperhatikan, serta bagaimana informasi tersebut diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar