MAKLAH
MATA KULIAH: DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN
KONSELING
DOSEN: ARIE KADE
Oleh:
NAMA KELOMPOK III
MUKOROBBIN
DEWI WULANDARI
AINUR FADLILA
SONYA MULAN SARI
SUYANTI
MUCHAMMAD KHUSAINI
RIZKI WIRASANDI
DEDI HERMAWAN
PROGRAM PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI
BUANA
SURABAYA
TAHUN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita senantiasa
berada dalam lindunganNya. Tak lupa pula kami mengucapkan rasa syukur kepada
Allah SWT yang mana telah memberikan kami kemudahan dalam penyusunan makalah
ini sehingga bisa selesai dengan tepat waktu.
Gerakkan eksistensialisme pada abad 19 yang
dikemukakan oleh seorang filsuf bernama Soren Kierkegaard. Pokok
utama dari eksistensialisme adalah keberadaan (existence) individual
manusia yang dialami secara subjektif. Istilah existence sendiri berasal dari
bahasa Latin yaitu existo (ex dan sistere=muncul,
menjadi, hadir). Artinya eksistensialisme mencoba memahami manusia bukan
semata-mata ‘ada’ yang statis dan selalu sama, melainkan sebagai penjadi yang
secara sinambung berubah dan berkembang.
Demikianlah makalah ini semoga bermanfaat
bagi pembaca, khususnya kami selaku penyusun makalah. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat dan ridhoNya kepada kita semua supaya kita senantiasa
dalam lindunganNya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun pengetikan
kami selaku penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Surabaya, 13 Nopember
2012
TIM PENYUSUN
PEMBAHASAN
Pendekatan Eksistensial Humanistik
Dalam buku Theories of Personality oleh Jess Feist
& Gregory J. Feist (2008:301), Eksistensi artinya muncul atau menjadi.
Eksistensi merujuk kepada proses. Eksistensi diasosiasikan dengan pertumbuhan
dan perubahan.
Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi
oleh Gerald Corey (1999), terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien
menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan kesadaran bahwa
dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan – kekuatan deterministik dari luar
dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh karena pemahamannya
bahwa tugas manusia adalah menciptakan eksistensinya yang bercirikan integritas
dan makna.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistic memusatkan perhatian pada asumsi – asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang – orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi – implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistic memusatkan perhatian pada asumsi – asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang – orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi – implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya
A.
KONSEP DASAR
Psikologi eksistensial
humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu
sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih suatu system
teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan
terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan
konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia. Menurut Gerald Corey,
(1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial yaitu :
- Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan
untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang
itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara
bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada
manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab,
dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan
tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.
Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang,
sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia
memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian
bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai
yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki
kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna,
sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan
yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian.
Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi –
potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad
Sudrajat adalah :
·
Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat
menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas
untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala
tindakannya.
·
Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi
sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan
pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri
·
Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa
menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang
mengarah pada seluruh bentuk self expression.
Menurut Akhmad Sudrajat individu
yang salah suai tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain,
pengalamannya tertekan.
B. TUJUAN-TUJUAN TERAPEUTIK
Menurut Gerald Corey, (1988:56)
ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
a.
Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan
menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat
membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai
“urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”.
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1)
Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,
2)
Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3)
Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b. Meluaskan kesadaran diri
klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas
dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima
kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan – kekuatan
deterministic di luar dirinya.
Tujuan Konseling menurut Akhmad
Sudrajat yaitu :
1.
Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya
dan menerima keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
2.
Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir,
keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang
sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self
actualization seoptimal mungkin.
3.
Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan
dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
4.
Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas
yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
- MODEL OPERASIONAL / STRATEGI KONSELING
Model operasional / strategi
yang digunakan adalah Non directive artinya konselor memberikan kepercayaan
kepada klien agar aktif.
D. HUBUNGAN ANTARA TERAPIS DAN KLIEN
Hubungan terapeutik sangat
penting bagi terapis eksistensial. Penekanan diletakkan pada pertemuan antar
manusia dan perjalanan bersama alih – alih pada teknik-teknik yang mempengaruhi
klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah”
klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan
kepada “di sini dan sekarang”. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila
waktunya berhubungan langsung (Gerald Corey.1988:61).
Pola hubungan :
1.
Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor
berstatus sebagai partner klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya
berada dalam situasi bebas tanpa tekanan.
2.
Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan
didiagnosis.
3.
Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak
pura – pura.
E. MODEL PENAMPILAN
Dimensi I :
- Konselor hendaknya selalu menghargai dan menghormati klien apa adanya.
- Konselor mampu untuk menjadikan dirinya sebagai alat perubah pribadi klien dengan jalan membuka pengalaman terhadap konsep diri klien.
- Menghilangkan kepura – puraan, dan bersifat otentik.
Dimensi II :
- Konselor memegang kunci bahwa pendekatan terapi berpusat pada pribadi yang difokuskan secara bertanggung jawab.
- Konselor menekankan pada sikap klien untuk menerima dan memahami dirinya.
F. MODEL ANALISIS DAN
DIAGNOSIS MASALAH
Model Analisis dan diagnosis
masalah sebagai berikut :
1.
Klien mulai sadar dan dapat menemukan alternative
tentang pandangan yang riil.
2.
Klien aktif untuk mengetahui penyebab dari kecemasan
dan ketakutan.
3.
Klien berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab
penuh.
G. MODEL PERAN KONSELING
Model peran konseling sebagai
berikut :
1.
Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan
mengambil keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
2.
Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang
keberadaannya sekarang agar klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki
keputusan diri sendiri.
3.
Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan
motivasi agar klien mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi
reality.
4.
Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada klien,
bahwa putusan akhir pilihannya terletak ditangan klien.
Dalam buku Gerald Corey, May (
1961 ) memandanga tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar
menyadari keberadaanya dalam dunia : “Ini adalah saat ketika pasien melihat
dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan
sebagai subyek yang memiliki dunia”.
Frankl ( 1959 ) menjabarkan
peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas
memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga secara keseluruhan
dari makna dan nilai – nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien..
H. TEKNIK MODEL
Teknik yang digunakan mengikuti
alih – alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien
sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan
metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak
hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke
lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun terapi
eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial
dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas – tugas dan tanggung jawab
terapis. Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih
– alih system teknik. Para ahli psikologi
humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut (Gerald
Corey.1988:58) :
1.
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2.
Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
3.
Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
4.
Berorientasi pada pertumbuhan.
5.
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai
suatu pribadi yang menyeluruh.
6.
Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan
akhir terletak di tangan klien.
7.
Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa
terapis dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8.
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan
dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9.
Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta
meningkatkan kebebasan klien.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik
yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client
centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers.
meliputi: (1) acceptance (penerimaan); (2) respect (rasa
hormat); (3) understanding (pemahaman); (4) reassurance
(menentramkan hati); (5) encouragementlimited questioning (pertanyaan
terbatas; dan (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan).
(memberi dorongan); (5)
Melalui penggunaan teknik-teknik
tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima diri dan
lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3) mengarahkan
diri; (4) mewujudkan dirinya.
I. KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK
Menurut Mahasiswa BK kelebihan
dan kelemahan pendekatan eksistensial humanistic adalah :
Kelebihan
1.
Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami
kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
2.
Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan
sendiri.
3.
Memanusiakan manusia.
Kelemahannya
1.
Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2.
Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
3.
Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi
masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
4.
Memakan waktu lama.
J. PENERAPAN / APLIKASI
Dalam buku Gerald Corey
(1988:63), Pendekatan eksistensial humanistic tidak memiliki tekik – teknik
yang ditentukan secara ketat. Prosedur – prosedur terapeutik bisa diambil dari
beberapa pendekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi
Gestah dan Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan
prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial
humanistic.
Pengalaman Klien Dalam Terapi
eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi – persepsi
tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus
memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan –
kecemasan apa yang akan dieksplorasikan. Melalui proses terapi, klien bisa
mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan -pandangannya
menjadi riel.
Penerapan : Eksistensial
Humanistik tepat sekali diterapkan pada anak remaja yang dikembangkan dalam
lembaga pendidikan dan diperlukan untuk membentuk manusia yang mampu
bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.
Tema-tema dan dalil-dalil utama
eksistensial : penerapan-penerapan pada praktek terapi
Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan
untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang
dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas
manusia. Kesadaran diri membedakan manusia dengan makhluk-makluk lain. Pada
hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka ia semakin hidup
sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan
seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan
kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif,
motivasi-motivasi, factor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan –
tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling.
Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung
jawab
Kebebasan adalah kesanggupan
untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk memilih di antara
alternatif – alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan,
determinasi diri, keinginan dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugas
terapis adalah membantu kliennya dalam menemukan cara-cara klien sama sekali
menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien itu untuk belajar
menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
Dalil 3 : Keterpusatan dari
kebutuhan akan orang lain
Kita masing-masing memiliki
kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas
pribadi kita. Kita membutuhkan hubungan dengan keberadaan-keberadaan yang lain.
Kita harus memberikan diri kita kepada orang lain dan terlibat dengan mereka.
Keberanian untuk ada. Usaha
menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam memerlukan keberanian.
Kita berjuang untuk menemukan, untuk menciptakan, dan untuk memelihara inti
dari ada kita.
Pengalaman kesendirian.
Bahwa kita memikul tanggung jawab atas pilihan-pilihan kita berikut
hasil-hasilnya, bahwa komunikasi total dari individu yang satu dengan individu
yang lainnya tidak pernah bisa dicapai, bahwa kita adalah individu-individu
yang terpisah dari orang lain, dan bahwa kita adalah unik.
Pengalaman keberhubungan.
Bahwa kita bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk kemanusiaan kita,
dan kita memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang
lain, yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunia kita, dan kita
memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka kita mengalami
keberhubungan yang bermakna.
Dalil 4 : Pencarian makna
Terapi eksistensial bisa
menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam usahanya mencari
makna hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas
diri.
Masalah penyisihan
nilai-nilai lama. Nilai – nilai tradisional (dan nilai – nilai yang
dialihkan kepada seseorang) tanpa disertai penemuan nilai – nilai lain yang
sesuai untuk menggantikannya.
Belajar untuk menemukan
maknadalam hidup. Hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya, manusialah
yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu. Tugas proses terapeutik
adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan membantu klien dalam membuat
makna dari dunia yang kacau.
Pandangan eksistensial
tentang psikopatologi. Adanya konsep psikopatologi yang menyatakan
tentang dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidak lengkap atau dari
kesadaran seseorang bahwa tindakan-tindakan dan pilihan-pilihannya tidak bisa
menyatakan potensi-potensinya secara penuh sebagai pribadi.
Dalil 5 : Kecemasan sebagai
syarat hidup
Kecemasan adalah suatu
karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab
ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
Kecemasan sebagai sumber
pertumbuhan. Kita mengalami kecemasan dengan meningkatnyakesadaran kita
atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari penerimaan ataupun
penolakan kebebasan kita itu.
Pelarian dari kecemasan.
Suatu fungsi dari penerimaan kita atas kesendirian dan, meskipun kita bisa
menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain, kita pada dasarnya tetap
sendirian.
Implikasi-implikasi
konseling bagi kecemasan. Membantu klien untuk menyadari bahwa belajar
menoleransi keberdwiartian dan ketidaktentuan serta belajar bagaimana hidup
tanpa sandaran dapat merupakan fase yang penting dalam perjalanan dari hidup
yang bergantung kepada menjadi pribadiyang lebih otonom.
Dalil 6 : Kesadaran atas
kematian dan non ada
Para
eksistensialis tidak memandang kematian secara negative, dan mengungkapkan
bahwa hidup memiliki makna karena memiliki keterbatasan waktu. Karena kita
bersifat lahiriah, bagaimanapun, kematian menjadi pendesak bagi kita agar
menganggap hidup dengan serius. Ketakuatan terhadap kamatian membayangi mereka
yang takut mengulurkan tangan dan benar – benar merangkul kehidupan.
Dalil 7 : Perjuangan untuk
aktualisasi diri
Setiap orang memiliki dorongan
bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan
kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan
perjuangan demi aktualisasi potensi – potensinya secara penuh. Jika seseorang
mampu untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia akan
mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab
demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat.
Kesimpulan:
Kami menyimpulkan bahwa Eksistensial berpijak pada premis yaitu manusia tidak bisa melarikan
diri dari kebebasan dan tanggung jawab yang saling berkaitan. Dalam pendekatan
eksistensial memusatkan perhatian
pada asumsi – asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial
menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang – orang dalam hubungan dengan
sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan
konselingnya, dan yang melalui implikasi – implikasi bagi usaha membantu
individu dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang menyangkut
keberadaan manusia. Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk
meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya
Daftar Pustaka:
Hassan, Fuad. 2005. Berkenalan Dengan
Eksistensialisme. Jakarta:
Pustaka Jaya
Lathief, Supaat
I. 2008. Psikologi Fenomenologi
Eksistensialisme. Lamongan: Pustaka Ilalang
Misiak, Henry. Sexton, Virginia Staudt. 2005. Psikologi,
Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik.
Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi.Bandung : PT ERESCO
Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories
of Personality. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mahasiswa BK. 2009. Model-Model Konseling.
UMK
Penulis: Devy Wahyu.
A, Eny Megawati, Jefri Satya. P Mahasiswa UMK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar